Jakarta

Sekretaris Jenderal Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Bambang Hendroyono menjelaskan sampai tahun 2020 ini KLHK memiliki tenaga SAR sebanyak 89 orang dari 61 satuan kerja/UPT/KPH. Mereka tersebar di Ditjen KSDAE sebanyak 76 orang dari 48 satuan kerja (BKSDA dan Taman Nasional), Ditjen PDASHL sebanyak 7 orang, KPH sebanyak 4 orang dan Pusdiklat SDM LHK sebanyak 2 orang.

Adapun petugas di Pusdiklat telah lulus mengikuti bimbingan teknis Jungle Rescue yang diselenggarakan oleh Pusat Keteknikan Kehutanan dan Lingkungan Sekretariat Jenderal KLHK dan Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas). Mereka juga telah ikut berperan aktif dalam pencarian, pertolongan, dan evakuasi korban bencana dan kecelakaan di berbagai daerah.

“Oleh karenanya, bimbingan teknis menjadi satu usaha untuk menyediakan tenaga SAR KLHK yang handal dalam melakukan proses pencarian, pertolongan, dan evakuasi korban bencana alam dan kecelakaan dalam kawasan hutan,” ujar Bambang dalam keterangan tertulis, Selasa (5/5/2020).

Untuk meningkatkan kompetensi SDM terutama petugas SAR korban bencana dan kecelakaan dalam kawasan hutan, KLHK menerbitkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan tentang Standar Peralatan Pencarian, Pertolongan dan Evakuasi Korban Bencana dan Kecelakaan di Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Serta petunjuk pelaksanaan teknis berupa Peraturan Sekretaris Jenderal KLHK tentang Petunjuk Pelaksanaan Pencarian, Pertolongan, dan Evakuasi Korban Bencana dan Kecelakaan di Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Kepala Pusat Keteknikan Kehutanan dan Lingkungan KLHK, Gatot Soebiantoro, menjelaskan SAR KLHK yang telah lulus bimbingan teknis dan memiliki kompetensi di seluruh satuan kerja dan UPT lingkup KLHK akan menjadi ujung tombak dalam upaya membantu dan meminimalisasi potensi korban jiwa bencana dan kecelakaan di kawasan hutan.

“Ruang lingkup seluruh tenaga SAR KLHK adalah bertanggung jawab terhadap tahapan pencarian, pertolongan dan evakuasi korban bencana dan kecelakaan dalam kawasannya selama 1 x 24 jam dan di luar kawasan sepenuhnya bekerjasama dan koordinasi di bawah kendali operasi dari tim gabungan (Basarnas, BPBD, TNI/Polri, Medis dan Relawan),” katanya.

Menurut Gatot, semua ASN, masyarakat, dan relawan dapat direkrut menjadi Tenaga SAR KLHK, namun disesuaikan dengan kebutuhan organisasi. Proses perekrutan tetap mengacu pada materi yang telah ditetapkan oleh Direktorat Bina Potensi dan Direktorat Bina Tenaga pada Basarnas.

“Ada dua tipe bimbingan teknis/pelatihan yang dibutuhkan oleh KLHK yaitu Jungle Rescue dan Water Rescue, di mana untuk kegiatan bimbingan teknis/pelatihan Jungle Rescue telah dilaksanakan sebanyak 3 (tiga) angkatan mulai tahun 2018-2020,” imbuhnya.

Adapun materi bimbingan teknis meliputi Substansi Basarnas; Pengantar Pertolongan Pertama; Pemindahan dan Penilaian Korban; Bantuan Hidup Dasar dan RJP; Pendarahan, Shock dan Cidera Jaringan Lunak; Cidera Alat Gerak, Kepala, Leher dan Dada; Pengantar navigasi; Teknik Membaca dan Menggunakan Kompas; Resection dan Intersection; Teknik Pencarian di Hutan; Survival; Pengetahuan Perlengkapan Pakaian dan Makanan (PPPM); Komunikasi E-SAR; Evakuasi; Tandu Darurat dan Pembinaan Fisik.

Para peserta bimbingan teknis ini dididik sesuai dengan standar yang sama pada Pelatihan SAR Polri dan TNI. Di akhir kegiatan, dilakukan uji kompetensi sebagai upaya dalam meningkatkan kualitas kompetensi sumber daya manusia di lingkup KLHK. Aturan ini sesuai dengan amanah Peraturan Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan Nomor 8 Tahun 2018 tentang Sertifikasi

(akn/ega) Source