Pabrik

Pada awal Maret, pemilik merek minuman keras 58 Gin yang berbasis di London mengadakan pertemuan darurat untuk mendiskusikan masa depan perusahaan mereka.

Dengan karantina wilayah mendadak yang ditetapkan oleh pemerintah Inggris dan menyebabkan setiap bar di Inggris tutup, pasar utama produk gin mereka menghilang dalam sekejap.

“Kami tiba-tiba memiliki bisnis tanpa pelanggan atau pendapatan — dan jika kami tidak berbuat sesuatu, dan melakukannya dengan sangat, sangat cepat, kami tidak akan punya bisnis lagi, kata manajer penyulingan Carmen O’Neal.

“Bagaimana kita mempertahankan perusahaan? Bagaimana kita menyelamatkan pekerjaan karyawan?”

Maka tim membuat keputusan yang cepat dan sedikit aneh: mereka akan berhenti menyuling gin dalam jumlah kecil dan mulai memproduksi cairan pembersih tangan dalam jumlah besar – mereka menamakannnya ‘Hand Gin-itizer’ – untuk membantu melawan wabah Covid-19.

“Kami berhenti memproduksi gin hanya dalam beberapa jam setelah pengumuman lockdown dari Perdana Menteri, dan kami segera mencari tahu detail-detail formula cairan penyanitasi tangan dari panduan Badan Kesehatan Dunia (WHO),” kata O’Neal.

Setelah ancaman kebangkrutan mendadak bisa dihindari, proses pembuatan pembersih tangan terbukti lebih mudah. “Prosesnya mirip dengan pembuatan gin dalam hal memurnikan cairan, kemudian mendidihkannya di tembaga 450 liter. Namun alih-alih menambahkan rempah untuk membuat gin, kami menambahkan campuran alkohol, gliserol, hidrogen peroksida, dan minyak esensial,” jelas O’Neal.

Perusahaan ini menggunakan kontainer untuk mencegah kontaminasi permanen bahan kimia cairan pembersih.

Rupanya, bahan baku utama untuk gin juga bisa dipakai untuk pembersih tangan. “Kami sudah memiliki persediaan alkohol di penyulingan, sehingga kami bisa melakukan proses ‘denaturalisasi’ kepada alkohol untuk membuat pembersih tangan,” lanjut O’Neal. Denaturalisasi adalah proses mengubah sifat alkohol sehingga tidak bisa dikonsumsi manusia — ini adalah syarat hukum cairan pembersih tangan.

“Ternyata stok ini sangat berguna, karena permintaan alkohol yang telah di-denaturalisasi tiba-tiba melonjak di pasaran.”

Untuk dicatat, menggunakan gin untuk membersihkan tangan tidak akan berguna, karena cairan pembersih butuh setidaknya 60% kandungan alkohol, sementara standar untuk minuman keras adalah 40%.

Hak atas foto 58 Gin
Image caption 58 Gin, pabrik penyulingan di London, putar haluan memproduksi cairan pembersih tangan untuk merespon pandemi.

Pembuat gin artisan ini hanyalah satu dari banyak perusahaan di seluruh dunia yang tiba-tiba banting setir untuk memerangi pandemi.

Perusahaan penyedot debu Dyson, misalnya, menerima pesanan 10.000 ventilator dari pemerintah Inggris. Dari membuat mesin yang menyedot, mereka beralih memproduksi mesin yang meniup.

Royal Mint, perusahaan Inggris pemroduksi koin terbesar di dunia, beralih membuat pelindung wajah plastik untuk staf kesehatan Inggris.

Di Prancis, LVMH yang memiliki fasilitas yang biasanya digunakan untuk produksi parfum dan kosmetik high-eng seperti Christian Dior, Guerlain, dan Givenchy mengubah produk mereka menjadi cairan pembersih tangan berbau manis, Gallic.

Di Jepang raksasa elektronik Sharp mengadaptasi fasilitas kamar bersih yang biasanya dipakai untuk memproduksi panel LCD menjadi 150.000 masker operasi setiap hari.

Dan di China, pabrik mobil SGMW — perusahaan gabungan General Motors dari AS dengan dua partner asal China — mulai memproduksi masker wajah menggunakan kain berstandar medis pada Februari. Bahan kain ini didapat dari pemasok yang tadinya menyuplai tekstil interior untuk mobil.

Banting setir

Perusahaan-perusahaan mengubah rantai produksi mereka karena berbagai alasan. Di AS, pemerintah menerapkan UU Produksi Pertahanan yang memerintahkan beberapa perusahaan seperti GM untuk membuat ventilator.

Namun mayoritas perusahaan yang mengubah produksi melakukannya dengan suka rela, dengan tujuan menjaga produksi dan pendapatan ketika permintaan yang biasa menghilang. Ada pula nilai lebih di baliknya, mereka bisa dibilang turut membantu masyarakat secara lebih luas, yang artinya reputasi mereka di mata publik meningkat.

Membuat produk kebersihan dan perlindungan yang sederhana biasanya lebih mudah, jika perusahaan mau mengadaptasi peralatan dan melakukan riset dasar, maka membuat masker dan pembersih tangan bisa dilakukan dalam hitungan hari.

Seperti Royal Mint yang berada di Wales, Inggris, yang mulai memproduksi pelindung wajah plastik untuk pekerja kesehatan pada akhir Maret, selain tetap memproduksi koin dan produk investasi logam.

Dalam waktu singkat setelah mereka ‘banting setir’, Royal Mint telah memproduksi 30.000 pelindung wajah. “Seminggu yang lalu kami tidak tahu apa-apa soal pelindung wajah, dan sekarang kami memproduksi satu setiap 10 detik,” ujar Leighton John, direktur operasi Royal Mint. “Ini luar biasa.”

Menjawab tantangan dan memecahkan masalah adalah keahlian yang melekat pada para insinyur, ujar John. “Kami menetapkan tugas tersebut, dan dalam 48 jam mereka mengembangkan desain yang bisa diproduksi secara massal, dan mulai mencobanya untuk digunakan tenaga kesehatan Inggris.”

Hak atas foto Royal Mint
Image caption Para insinyur di Royal Mint butuh waktu 48 jam untuk mendesain pelindung wajah plastik dan memproduksinya untuk tenaga kesehatan Inggris.

Proses pembuatan benda seperti masker plastik, dari desain hingga ke produksi, mungkin hanya membutuhkan beberapa hari. Namun bagian-bagian yang lebih kompleks juga bisa dibuat dengan cepat, berkat perusahaan-perusahaan Abad 21 dengan teknologi desain dan printer 3 dimensi.

Salah satu perusahaan yang menggunakan teknologi ini adalah Protolabs yang ada di Minnesota. Mereka membuat berbagai purwarupa dan melakukan produksi dalam waktu singkat.

“Kami membuat 10.000 alat tes Covid-19 di akhir pekan,” kata CEO Vinki Holt dalam wawancara pada 23 Maret lalu. “Dan kami juga membuat pelindung wajah untuk beberapa rumah sakit — ratusan ribu buah yang harus dibuat dengan cepat.”

Produk yang juga harus dibuat Protolabs yang berhubungan dengan virus adalah 50.000 klip untuk menempelkan masker wajah dokter anak, komponen lapisan besi untuk alat tes otomatis di laboratorium Covid-19, dan 25 cetakan berbeda untuk produksi ventilator.

“Para peneliti di Universitas Minnesota juga meminta produksi cepat enam purwarupa komponen untuk ventilator berbiaya rendah yang mereka desain,” kata Ekenberg.

Menghadapi rintangan

Perubahan produksi secara drastis ini bukannya tanpa rintangan. Mencari bahan baku yang tiba-tiba langka adalah satu masalah.

Meskipun para insinyur di Royal Mint dengan cepat mendesain pelindung wajah, namun untuk mendapatkan plastik jernih PET 1mm adalah kesulitan tersendiri.

Bahkan setelah membuat desain dan mulai produksi, mendapatkan persetujuan regulasi untuk produk-produk tertentu adalah tantangan lain.

Misalnya, skandal medis terdahulu — seperti implan payudara dari Prancis yang meledak pada 2010 — membuat Uni Eropa menerapkan aturan ketat untuk produk perangkat medis. Meski, para penentu kebijakan di UE juga berkomitmen untuk memudahkan teknologi medis darurat selama pandemi.

Hak atas foto University of Minnesota
Image caption Universitas Minnesota bekerjasama dengan Protolabs untuk memproduksi purwarupa komponen ventilator berbiaya rendah mereka, Coventor.

Masa depan ‘sumber-terbuka’?

Dengan tekanan pada perusahaan untuk berbagi informasi desain kepada sektor-sektor bisnis berbeda, masalah hak cipta adalah hal lain yang disingkirkan oleh Covid-19.

Di Inggris, organisasi seperti Engineers For Doctors dan Royal Academy of Engineering berbagi sumber daya dan peralatan sumber terbuka alias open-source untuk membantu perusahan-perusahaan membuat produk kesehatan berbeda.

Beberapa orang mengatakan keadaan darurat dan skala respons Covid-19 bisa mengubah cara kolaborasi di masa depan.

“Di krisis lain — seperti bencana nuklir di Fukushima — peralatan open-source mengambil peranan penting dalam mengubah kebijakan, merelokasi orang, dan menyelamatkan nyawa. Yang terjadi sekarang tidak berbeda,” kata David Cleevely, rekanan di Royal Academy of Engineering.

“Namun dengan respons Covid-19, kita melihat perubahan peralatan. Kita punya teknologi yang tidak kita miliki 20 tahun lalu: Kita memiliki informasi lebih lengkap, data dan desain, juga teknologi manufaktur, perkembangan komputer dan perangkat lunak, yang berarti kita bisa membuat benda-benda lebih cepat dan lebih sederhana.

Inovasi dan kolaborasi akan berkembang dengan sangat berbeda, kata John Lazar, pemimpin Enza Capital dan rekanan di Royal Academy of Engineering.

“Banyak inovasi Covid-19 yang sudah tersebar luas, contohnya desain Continuous Positive Airway Pressure (CPAP) dari UCL-Ventura. Orang-orang semakin terbiasa dengan lisensi terbuka dan jejaring kolaborasi akan memiliki model baru untuk bekerja.”

Jika semua perusahaan mampu membantu produksi benda-benda yang paling dibutuhkan di masa sulit ini, tentu bagus, kata Carmen O’Neal dari 58 Gin.

“Bagi kami, pilihannya adalah mengubah produksi atau bangkrut. Jika kita bisa bertahan dengan membuat produk yang benar-benar dibutuhkan orang, sambil mendonasikan sebagian keuntungan untuk amal, maka seluruh anggota tim akan lega dan senang.”

Saat nanti pandemi berakhir, mereka juga bisa dengan mudah kembali memproduksi gin.

Anda dapat membaca artikel ini dalam bahasa Inggris dengan judul How factories change production to quickly fight coronavirus pada laman BBC Worklife.

Source

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *