Bandung, 18 Mei 2023

Delegasi Kementerian Kesehatan Ghana menyatakan ketertarikannya untuk mempelajari Aplikasi Sehat IndonesiaKu (ASIK).

Ketertarikannya ini disampaikan secara langsung saat 7 delegasi Kemenkes Ghana mengunjungi Posyandu Erma A dan B di Kota Bandung, Jawa Barat untuk mempelajari praktik baik pemerintah dalam melaksanakan program imunisasi mulai tingkat pusat hingga level komunitas.

“Ada beberapa hal yang bisa kita lihat. Saya pikir ASIK itu sangat bagus,” kata William Opare, Expanded Programme on Immunization Programme, Ghana Health Service (GHS), Rabu (17/5).

ASIK merupakan satu aplikasi pencatatan imunisasi secara digital yang dikembangkan Kemenkes RI untuk para tenaga kesehatan. Tujuannya agar pencatatan data pasien lebih efisien dan terintegrasi dalam satu database. Sehingga para tenaga kesehatan di Puskesmas dan pemangku kepentingan dapat melakukan analisis data dan mendapatkan rekomendasi operasional.

Tidak terbatas pada pencatatan imunisasi saja, ASIK juga dapat digunakan oleh kader dan tenaga kesehatan yang melayani di Posyandu Bayi/Balita, Remaja, Usia Produktif, hingga Lansia.

Kader posyandu juga didorong untuk menggunakan whatsapp chatbot untuk pelaporan data stunting. Melalui chatbot whatsapp tersebut kader Posyandu bisa memasukkan data-data anak mulai dari nama, berat badan, dan tinggi badan.

Setelah pencatatan melalui chatbot WhatsApp selesai dilakukan, secara otomatis akan muncul grafik tumbuh kembang beserta status gizi Balita dan rekomendasi untuk upaya tindak lanjut yang dapat disampaikan oleh kader Posyandu kepada orangtua Balita. Data tersebut akan langsung terhubung dan tersimpan pada dasbor aplikasi sehat Indonesia ku (ASIK) di Puskesmas yang terintegrasi dengan platform SATUSEHAT.

ASIK pun sedang dikembangkan agar bisa digunakan bahkan saat perangkat tidak punya akses internet, sehingga tenaga kesehatan di wilayah Daerah Terpencil Perbatasan Kepulauan (DTPK) yang belum terkoneksi internet bisa mengoperasikan aplikasi ini.

William menceritakan bahwa Ghana sendiri telah memiliki platform digital untuk managemen kesehatan bernama (District Health Information Software (DHIS2). Namun, sistem digital berbasis individu ini, saat ini belum komplit, masih dalam masa percontohan. Sama seperti ASIK, sistem ini bisa digunakan di tablet maupun komputer baik online maupun offline.

“Jadi kami sedang dalam proses digitalisasi tetapi belum seluruh negara menetapkan digitalisasi tersebut,” jelasnya.

Selain tertarik dengan ASIK, delegasi Kemenkes Ghana juga terpikat dengan program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) untuk anak-anak.

“Kami juga melihat bahwa ketika anak-anak datang untuk melakukan imunisasi, mereka memiliki beberapa nutrisi untuk dibawa pulang. Ghana biasa melakukan itu di bagian utara negara itu. Tapi itu belum di seluruh negeri. Ini bisa menjadi pelajaran bagi kami untuk mengimplementasikannya di seluruh Ghana,” terang William.

Dua program kesehatan yang sukses dilaksanakan di Indonesia akan coba di pelajari untuk selanjutnya diterapkan di Ghana. Tentu dengan menyesuaikan karakteristik juga sistem yang ada disana.

“Kami perlu mempelajari dan memahami berbagai sistem tersebut. Langkah pertama, memahami terlebih dahulu. Kami memiliki tim yang bagus untuk dapat memahami bagaimana hal itu dapat diterjemahkan ke dalam kebijakan. Jadi (kunjungan) ini adalah langkah pertama untuk memahaminya, untuk melihat mana cara terbaik untuk diimplementasikan,” terangnya.

Direktur Pengelolaan Imunisasi, dr. Prima Yosephine mengapresiasi kunjungan delegasi Kemenkes Ghana ke Indonesia yang tertarik untuk mempelajari sistem kesehatan Indonesia khususnya terkait program imunisasi yang terus meningkat dari tahun ke tahun.

“Mereka sudah dapat banyak pembelajaran dari kita, mereka juga sedikit takjub dengan Indonesia, bagaimana negara sebesar ini bisa menyediakan vaksin produksi sendiri dan bisa melayani negara luas dan banyak pulaunya tapi tetap terkontrol, mereka juga mengapresiasi Indonesia karena saat pandemi kita bisa menambah antigen baru, karena mereka baru 10 kita sudah 14 antigen,” kata dr. Prima.

Menurutnya, kunjungan bertajuk Program International Study Tour to Health Institutions of Excellence in Immunization ini merupakan suatu kebanggaan sekaligus momentum untuk memperkuat kerja keras sekaligus komitmen dari seluruh komponen bangsa dalam penyelenggaraan imunisasi di Indonesia.

“Harapannya tidak hanya Ghana, negara-negara lain juga bisa memotret Indonesia sebagai Center or Excellent untuk imunisasi secara khusus dan kesehatan secara umum,” pungkasnya.

Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi nomor hotline Halo Kemenkes melalui nomor hotline 1500-567, SMS 081281562620 dan alamat email kontak@kemkes.go.id (MF/NI).

Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik
dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid

Sumber Berita

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *