Manado, DetikManado.com – Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) Sulut bersama Komunitas Marijo Belajar Sulut menggelar kegiatan Bincang Sore sekaligus membedah buku ‘Jurnalis Melintasi Zaman’ karya Yoseph E Ikanubun. Kegiatan ini digelar di Sekretariat AMSI Sulut, Jl Elang Raya 3, Kelurahan Malalayang 1 Timur, Manado, Kamis (30/9/2021).

Ketua Jurusan Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) Manado Dr Ivan Kaunang SS MHum tampil pertama sebagai pamateri sekaligus mengulas buku karya jurnalis Liputan6.com tersebut.

“Penulis mampu mengemas dengan sederhana berbagai peristiwa dari berbagai zaman di daerah ini. Namun secara akademik, buku ini kurang daftar pustakanya,” ujar Kaunang yang menyelesaikan S3-nya di Universitas Udayana, Denpasar Bali ini.

Ketua AMSI Sulut Agus Hari yang menjadi panelis kedua mengungkapkan, sangatlah jarang ditemukannya buku-buku yang memuat kondisi Sulut yang ditulis oleh jurnalis lokal. Ada buku tentang jurnalistik, namun bukan ditulis oleh jurnalis.

“Kalau membaca buku dari sejarawan, atau akademisi, itu akan pusing karena susah bahasanya, tetapi kalau bahasa jurnalis pasti akan lebih sederhana dan gampang dicerna,” ungkap Pemred Barta1.com di hadapan peserta diskusi.

Ikanubun mengatakan, buku yang ditulisnya sangat ringan, sehingga pembaca bisa mempelajari suatu isu seperti membaca sebuah cerita. Buku itu berisi 25 karya jurnalistik berbetuk tulisan feature tentang berbagai hal menarik di Sulut. Antara lain komunitas Islam Tua atau Masade di Kepulauan Sangihe, misteri keberadaan makam permaisuri Sultan Hamengkubuwono V di Manado, sejarah masuknya Ajaran Ahmadiyah di Sulut hingga kisah Imam Bonjol dan pengawal setianya di Minahasa.

Pengurus dan anggota Komunitas MJB Sulut foto bersama para narasuumber.

Dia juga menjelaskan berbagai kendala di lapangan saat melakukan liputan untuk isu sejarah, budaya, dan agama.  Kendala paling utama sebenarnya ada pada narasumber yang cukup sulit.

“Kemudian literatur-literatur pendukung, atau referensi yang perlu digali dalam sebuah liputan,” ujar Ketua Badan Pertimbangan dan Pengawas Organisasi (BPPO) AMSI Sulut ini.

Saat memasuki sesi tanya-jawab, Farid Mamonto membukanya dengan membeberkan hal kritis, dengan mengangkat bagaimana media kurang mengangkat isu-isu soal akar rumput soal penggusuran, dan perampasan hak.

“Saya pikir dalam hal sejarah, budaya, agama, lingkungan, agraria, dan sebagainya di Sulut itu sangat darurat, tetapi tidak mendapat tempat di media,” beber Kader PMII Metro Manado ini.

Berbagai pertanyan yang layangkan para peserta, dan dijawab dengan begitu rinci. Diskusi tersebut berakhir dengan penyerahan buku oleh Ikanubun kepada Ketua MJB Sulut Jesika Tarima dan Mamonto selaku peserta aktif dalam diskusi.

Jesika mengatakan, pentingnya kesadaran untuk ikut mempelajari sejarah dan budaya di Sulut. Dengan bantuan jurnalis sering memuat di media massa mengenai hal ini perlu diapresiasi.

“Perlu dukungan dari kita semua agar keunikan ragam sejarah dan budaya di Sulut semakin terekspos,” ujar gadis yang berprofesi sebagai guru ini.

Sekretaris AMSI Sulut Supardi Bado menyampaikan terima kasih kepada MJB Sulut dan semua undangan yang telah hadir di kegiatan itu. Menurutnya, Sekretariat AMSI Sulut selalu terbuka untuk kegiatan-kegiatan literasi dan berbagai hal positif untuk pengembangan keilmuan dan ketrampilan.

“Meski masih dalam tahap pembangunan, namun berbagai kegiatan sudah dilaksanakan di Sekretariat AMSI Sulut. Kami bertekad menjadikan secretariat ini sebagai Rumah Literasi,” ujar Pemred Sulawesion.com ini.

Turut hadir dua Kader PMII Metro IAIN Manado, DPC GMNI Manado, DPC PMKRI Manado, Ketua Komda PMKRI Sulut Stefanus Goni, dan 11 Anggota MJB Sulut. (joe)

Print Friendly, PDF & Email
  • Whatsapp

Source