Jakarta

Sudah cukup lama Amerika Serikat memasukkan Huawei dalam daftar blacklist sehingga tidak diizinkan memakai komponen atau teknologi asal Negeri Paman Sam. Bahkan aturan itu baru-baru ini diperketat. Apa tindakan Huawei?

Rotating Chairman Huawei, Guo Ping, mengaku pihaknya akan terus fokus bergerak maju walaupun sanksi AS membayangi. “Dalam setahun belakangan, banyak teknologi menjadi tidak tersedia bagi kami,” katanya di panggung Huawei Global Analyst Summit di Shenzhen.

“Meskipun begitu, Huawei berjuang untuk bertahan dan berusaha untuk melangkah ke depan,” lanjutnya.

Ia berharap industri dapat terus bekerja sama. “Industri secara keseluruhan harus bekerja sama untuk memperkuat perlindungan properti intelektual, menjaga kompetisi yang adil, melindungi standar global dan mempromosikan rantai suplai global kolaboratif,” cetusnya lagi.

Guo meyakinkan bahwa bisnis Huawei tetap solid. Mereka telah menggelar 1.500 jaringan di lebih dari 170 negara dan melayani 3 miliar orang. Kemudian 600 juta konsumen memakai perangkat pintar Huawei.

“Di 2025, ekonomi digital akan bernilai USD 23 triliun. “Industri ITC masih punya potensi besar. Kita bisa melihat lebih banyak peluang ketimbang tantangan di industri ICT,” paparnya.

Huawei pun berencana meneruskan investasinya di tiga area kunci, yaitu konektivitas, komputasi dan perangkat pintar.

“Kami akan bekerja dengan pelanggan, mitra, organisasi standarisasi dan semua pemain industri di domain seperti rantai suplai untuk mendorong kolaborasi terbuka dan mengeksplorasi masa depan bersama,” tutur dia.

Simak Video “Siap Tandingi iPad Pro, Huawei MatePad Pro Resmi Tiba di Indonesia
[Gambas:Video 20detik]
(fyk/fay)

Source