Bentrokan berdarah di Gaza antara Israel dan kelompok ekstremis Hamas telah menewaskan ratusan orang, melukai ribuan lainnya dan menyebabkan kerusakan parah pada infrastruktur kawasan tersebut, termasuk fasilitas kesehatan.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan 30 fasilitas kesehatan rusak, termasuk hancurnya klinik perawatan kesehatan primer Hala Al-Shawa. Badan dunia itu mengatakan Gaza hanya memiliki 46 persen obat-obatan penting dan 33 persen pasokan medis esensial.

Warga berusaha menyelamatkan barang-barang yang masih berharga di antara reruntuhan gedung, pasca penerapan gencatan senjata di Gaza, Palestina (21/5) (foto: dok).
Warga berusaha menyelamatkan barang-barang yang masih berharga di antara reruntuhan gedung, pasca penerapan gencatan senjata di Gaza, Palestina (21/5) (foto: dok).

Pejabat PBB yang baru-baru ini mengunjungi Gaza memperingatkan kerusakan infrastruktur air limbah di sana telah menyebabkan pembuangan sejumlah besar air limbah yang belum diolah ke laut sehingga menciptakan bahaya kesehatan dan polusi.

Juru bicara WHO, Fadela Chaib, mengatakan sangat penting agar perbatasan antara Israel dan Gaza dibuka untuk memungkinkan akses reguler pasokan bantuan kemanusiaan, medis dan pembangunan ke wilayah Palestina.

“WHO menyerukan akses tanpa hambatan bagi bantuan kemanusiaan, pasokan penting dan staf ke Gaza, serta pemindahan pasien rujukan keluar dari Gaza, karena permindahan ini benar-benar dapat menyelamatkan nyawa. Kami mencatat sekitar 600 rujukan yang terkena dampak penutupan perbatasan selama eskalasi situasi,” ujarnya.

Chaib menyebut 600 orang yang perlu dievakuasi untuk dirawat di rumah sakit Israel termasuk pasien yang menderita penyakit kronis seperti kanker dan mereka yang terluka selama eskalasi kekerasan terakhir.

WHO meminta anggaran sebesar tujuh juta dolar untuk menyediakan perawatan medis esensial di Gaza selama enam bulan ke depan. Prioritasnya termasuk penanganan trauma dan gawat darurat, kesehatan mental dan layanan psikososial. [rd/ka]

Source