• Ging Ginanjar
  • Wartawan BBC Indonesia

Keterangan gambar,

“Harus hidup dengan keputusan itu.”

Setelah 307 tahun di bawah Britania Raya, Skotlandia mendatangi tempat-tempat pemungutan suara untuk referendum yang akan menentukan apakah Skotlandia akan menjadi negara terpisah, atau tetap di bawah Britania Raya.

Salah seorang warga yang ikut memilih adalah Diana Frost, seorang warga Edinburgh, ibukota Skotlandia, yang pernah tinggal lama di Indonesia.

Ia begitu antusias, sehingga berangkat cukup pagi agar sampai di tempat pemungutan suara sejak pukul 08:00 pagi dan banyak pemilih lain juga sudah antre.

“Suasananya tenang, tapi cukup ramai,” kata Diana Frost dalam wawancara dengan BBC Indonesia.

“Memang orang-orang berminat betul dengan pemungutan suara ini. Saya tidak pernah mengalami (antusiasme sebesar) ini sebelumnya di UK, United Kingdom (Britania Raya) maupun di Skotlandia,” jelasnya lagi.

Diana Frost adalah seorang dosen Bahasa Inggris yang pernah tinggal belasan tahun di Indonesia, mengajar di berbagai universitas di Jakarta, Medan, dan Padang. Bahasa Indonesianya, tak heran, sangat fasih.

Sejak awal sebenarnya Diana Frost sudah memiliki pilihan, di antara Yes atau No – dua pilihan yang harus diambil di bilik pemungutan suara. Namun ia merasa perlu menguji pilihannya dan membekali diri dengan berbagai pengetahuan tentang konsekuensi dari pilihan-pilihan itu.

“Karenanya saya cukup sering mengikuti berbagai diskusi dan debat antara kedua kubu, di berbagai tempat di kota saya.”

Deg-degan

Dan akhirnya, setelah mengikuti berbagai diskusi dan debat, Diana Frost membulatkan pilihannya.

Keterangan gambar,

Diana Frost: harus hidup dengan keputusan itu.

“Saya deg-degan juga, menanti bagaimana hasil referendum ini,” kata Diana sembari menjelaskan lagi, bahwa ia akan mengikuti seksama pengumuman hasil pemilihan rakyat Skotlandia ini.

“Karena, hasilnya ini akan sangat menentukan masa depan Skotlandia dan juga Inggris raya.”

Diana Frost mengaku sempat cemas juga, mengingat berdasarkan jajak pendapat, pendukung kedua kubu hampir sama kuat. Persaingan amatlah ketat.

“Sempat khawatir, bagaimana orang nanti bisa bersatu sesudah ada hasilnya. Tapi rasanya akan baik-baik saja. Akan ada yang kecewa dan ada yang gembira. Tapi kami akan harus hidup dengan keputusan itu,” tegas Frost.

Apapun hasilnya, kata Frost, Skotlandia baru nanti akan berubah.

Jika tetap dalam Britania Raya, akan ada perubahan dengan otonomi lebih luas di berbagai bidang sebagaimana dijanjikan.

Jika jadi negara sendiri, ini jelas akan merupakan kenyataan baru dengan berbagai kerumitannya.

Source