Pyongyang

Korea Utara memamerkan rudal balistik antarbenua (ICBM) dalam parade militernya. Namun, pameran itu justru menerbitkan kekecewaan Amerika Serikat (AS).

Dilansir AFP, Sabtu (10/10/2020), setiap senjata dibawa pada transporter yang panjangnya 11 as. Ankit Panda dari Federasi Ilmuwan Amerika mencuit dalam akun Twitter-nya bahwa senjata itu adalah ‘rudal berbahan bakar cair terbesar’.

Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un mengatakan Korea Utara akan terus memperkuat militernya. Kim Jong Un juga menyebut pembicaraan dengan Amerika Serikat terhenti.

“Kami akan terus memperkuat militer kami untuk pertahanan diri dan pencegahan,” kata Kim Jong Un dalam pidato yang disiarkan televisi pemerintah.

Sementara itu, seperti dilansir AFP, Senin (12/10/2020), rudal ICBM terbaru itu dipamerkan dalam parade militer di jalanan ibu kota Pyongyang pada Sabtu (10/10) malam waktu setempat — tergolong langka bagi Korut menggelar parade pada malam hari. Pemimpin Korut, Kim Jong-Un, menyaksikan parade itu.

“Sangat mengecewakan melihat DPRK (Korut-red) terus memprioritaskan program rudal balistik dan nuklir yang dilarang,” ucap seorang pejabat AS yang enggan disebut namanya.

“Amerika Serikat tetap dipandu oleh visi Presiden (Donald) Trump dan Ketua Kim yang ditetapkan di Singapura (tahun 2018) dan menyerukan kepada DPRK untuk terlibat dalam perundingan berkelanjutan dan substantif untuk mencapai denuklirisasi sepenuhnya,” tegasnya.

Diperkirakan juga bahwa rudal itu kemungkinan besar dirancang untuk membawa banyak hulu ledak dalam kendaraan re-entry (MIRV).

Menurut para analis, ICBM menjadi bukti bahwa Korut terus mengembangkan persenjataannya selama proses diplomatik dan bisa memberikan bobot lebih besar bagi Korut untuk menuntut kembali ke meja perundingan.

Rudal ICBM tersebut — bisa jadi replika — dibawa oleh sebuah kendaraan peluncur sangat besar, yang disebut sebagai 11-axle transporter-erector-launcher. Kendaraan peluncur itu jauh lebih besar dari kendaraan peluncuran buat China 8-axle yang digunakan Korut sejauh ini.

Perundingan nuklir antara Trump dan Kim Jong-Un menemui jalan buntu sejak runtuhnya pertemuan tingkat tinggi pada awal tahun lalu, terkait persoalan sanksi dan apa yang harus dilakukan Korut sebagai gantinya.

(rdp/rdp) Source