Tren kebangkitan banyak kampus di Amerika Serikat (AS) membela hak-hak warga Palestina, terutama untuk menuntut diakhirinya perang Israel-Hamas di Jalur Gaza yang sudah menewaskan lebih dari 34.500 warga Palestina dan divestasi kampus dengan perusahaan yang mendukung Israel, kian meluas.

Setelah kampus-kampus di Australia dan Prancis, minggu ini beberapa kampus di Indonesia juga melakukan hal serupa. Pada Jumat (3/5) sejumlah mahasiswa Universitas Indonesia (UI) menggelar aksi damai “Kemah Solidaritas Bagi Palestina” di kampusnya.

Acara yang digagas oleh lembaga dakwah kampus Nuansa Islam Mahasiswa Universitas Indonesia (Salam UI) ini merupakan kegiatan pertama yang dilakukan kampus di Tanah Air dalam membela Palestina lewat gerakan semacam ini.

Genosida yang dilakukan Israel di Jalur Gaza dan juga pengekangan kebebasan berpendapat terhadap mahasiswa di berbagai universitas di AS yang mendapat tindakan represif dari pihak kampus dan aparat merupakan hal yang melatarbelakangi kegiatan ini.

Bendera Palestina berkibar di perkemahan protes pro-Palestina di kampus University of California, Los Angeles (UCLA) di Los Angeles, California, pada 1 Mei 2024. (Foto: AFP)
Bendera Palestina berkibar di perkemahan protes pro-Palestina di kampus University of California, Los Angeles (UCLA) di Los Angeles, California, pada 1 Mei 2024. (Foto: AFP)

“(Latar belakang) ketiga adalah sebenarnya kita berusaha untuk mengawal dan menguatkan sikap pemerintah Indonesia untuk tetap konsisten dan tidak membuka hubungan diplomatik dengan Israel. Karena belakangan ini banyak tekanan atau isu bahwa Indonesia akan membuka hubungan diplomatik (dengan Israel),” kata Ketua Salam UI Dhani Widianto saat diwawancarai VOA pada Sabtu (4/5),

Aksi damai yang diikuti oleh mahasiswa, dosen dan perwakilan guru besar ini, kata Dhani, menyampaikan sejumlah poin, yaitu mengecam serangan brutal yang dilakukan oleh Israel di Palestina, menyuarakan kebebasan berpendapat dan dukungan terhadap mahasiswa-mahasiswa di AS, dan mengawal posisi pemerintah Indonesia untuk tetap konsisten tidak menjalin hubungan resmi dengan Israel.

Mewakili teman-teman mahasiswa di UI, Dhani mengatakan ia sangat mengapresiasi gerakan mahasiswa di kampus-kampus AS, dan menilai hal ini menunjukkan telah terjadinya pergeseran sikap warga muda AS dalam mendukung Palestina.

“Gerakan Kemah Solidaritas Bagi Palestina” yang digagas UI itu meluas pada Minggu (5/5) ketika kampus Universitas Brawijaya, Universitas Muhammadiyah Malang dan Universitas Islam Malang juga melakukan aksi damai serupa.

Sendiko Mahdi, Koordinator Kemah Solidaritas Bagi Palestina di Alun-alun Kota Malang meyakini gerakan mahasiswa dapat memberi pengaruh besar karena mengangkat suara Palestina di media sosial dan media internasional. Ia berharap aksi dapat terus berlanjut meskipun masih melihat situasi karena khawatir terjadinya kerusuhan dalam aksi seperti ini.

Sendiko mengatakan akan melakukan konsolidasi dengan kampus-kampus lainnya di Tanah Air agar gerakan semakin meluas dan berkelanjutan.

Gerakan Mahasiswa Bisa Dorong Pemerintah Bersuara Lebih Lantang di Forum Internasional

Menurut pengamat hubungan internasional dari Universitas Padjadjaran Teuku Rezasyah, gerakan Kemah Solidaritas Bagi Palestina di kampus di Indonesia semakin menebalkan kesadaran yang sudah ada selama ini terkait persoalan Palestina. Aksi tersebut sekaligus menunjukkan adanya perasaan yang sama di dunia sivitas akademika ketika menyangkut isu kemanusiaan.

“Mereka (kampus-kampus di Indonesia) hendaknya membangun suatu front, Front Kampus Indonesia untuk Palestina. Misalnya mencari tanda tangan dari mahasiswa yang sama jumlahya mereka yang sudah meninggal di Palestina saat ini,” tuturnya.

Pengunjuk rasa pro-Palestina berkemah di tenda-tenda di Columbia University, 27 April 2024, di New York. (Foto: AP)
Pengunjuk rasa pro-Palestina berkemah di tenda-tenda di Columbia University, 27 April 2024, di New York. (Foto: AP)

Meskipun menilai aksi semacam ini terlambat, tetapi menurut Reza dapat menjadi amunisi baru bagi pemerintah Indonesia untuk menyusun draf resolusi yang baru di PBB. Terlebih karena sebenarnya ada kekhawatiran di kalangan otoritas berwenang bahwa gerakan mahasiswa ini meluas seperti gerakan menghentikan Perang Vietnam pada 1960-an hingga awal 1970-an di AS dan berbagai belahan dunia.

Columbia University di New York, tambahnya, adalah salah satu universitas di AS yang memelopori gerakan mahasiswa di AS, juga ikut menentang Perang Vietnam ketika itu yang berujung pada penghentian perang dan penarikan mundur seluruh pasukan AS dari negara itu.

Aksi Pro-Palestina Meluas ke 43 Kampus, Lebih 2.000 Mahasiswa Ditangkap

Mahasiswa Columbia University adalah yang pertama kali memulai aksi pro-Palestina pada 18 April. Ribuan mahasiswa dan sejumlah dosen mereka berkumpul di alun-alun kampus menuntut diakhirinya perang Israel-Hamas di Jalur Gaza dan dihentikannya hubungan dengan perusahaan-perusahaan yang terkait Israel atau jelas-jelas mendukung perang di Gaza itu.

Masuknya aparat keamanan ke kampus dan penangkapan 200an mahasiswa Columbia University itu mendorong kampus-kampus lain bergerak. Sedikitnya 43 kampus, termasuk kampus-kampus Ivy League, menyuarakan hal yang sama. Hingga laporan ini disampaikan lebih dari 2.000 mahasiswa ditangkap dalam berbagai aksi pro-Palestina di kampus-kampus AS itu. [fw/em]

Source