Komunitas ilmiah internasional mencermati kelelawar sebagai kemungkinan sumber penularan virus corona. Mamalia bersayap itu tidak bergerak sambil menunjukkan taringnya, sebelum dilepaskan oleh Omar Garcia, pakar penyakit yang ditularkan melalui vector.

Tim ilmuwan dari Lembaga Penelitian untuk Pembangunan (IRD) Prancis dan Universitas Otonomi Nasional Meksiko (UNAM) telah berkolaborasi dalam penelitian ini sejak 2017. Mereka menggunakan laboratorium modern di Merida, ibu kota negara bagian Yucatan.

Tujuannya adalah mengetahui bagaimana berbagai virus yang beredar di kalangan hewan seperti mamalia, burung, dan hewan pengerat, berpotensi menular ke manusia, kata Audrey Arnal, pakar penyakit menular di IRD.

Peneliti hewan Monserrat Elemi Garcia di laboratorium studi pencegahan zoonosis "El Dorado" Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Otonom Meksiko (UNAM) di Mexico City, 27 Maret 2023. (Pedro PARDO / AFP)
Peneliti hewan Monserrat Elemi Garcia di laboratorium studi pencegahan zoonosis “El Dorado” Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Otonom Meksiko (UNAM) di Mexico City, 27 Maret 2023. (Pedro PARDO / AFP)

Kepada kantor berita AFP ia menjelaskan, “Ini adalah zoonosis… (kami hendak) memahami konsekuensi apa yang timbul akibat kontak manusia dengan satwa liar, kemudian memahami apa yang mungkin menjadi epidemi yang muncul dari alam,” jelas Audrey Arnal..

Tim ilmuwan mengambil sampel semua jenis hewan dari ekosistem hutan hujan tropis yang kaya, tempat mereka mengidentifikasi 61 spesies nyamuk. Pakar biologi di UNAM, Maria Jose Tolsa, sudah melakukan penelitian selama 10 tahun. Ia merasa baru kali ini pekerjaannya diakui.

“Kami memiliki banyak pertanyaan untuk menyelesaikan sejarah siklus penularan virus. Pandemi memiliki konsekuensi serius bagi kesehatan dan ekonomi,” komentarnya.

Hutan Yucatan dipilih untuk penelitian karena penggundulan hutan yang cepat telah menjadikannya “wilayah yang sangat simbolis dalam risiko darurat zoonosis,” kata Benjamin Roche, spesialis ekologi dan biologi evolusioner di IRD. Diperkirakan, antara 500.000 dan 800.000 virus bisa menyerang manusia, imbuhnya.

Risiko itu meningkat seiring meluasnya lahan pertanian dan berkembangnya pariwisata. Keduanya meningkatkan kontak antara hewan dan manusia, menurut para peneliti.

Penelitian dilakukan di 12 komunitas di tiga negara bagian yang membentuk Semenanjung Yucatan. “Pada burung kami telah menemukan spesies yang telah diidentifikasi sebagai cadangan virus West Nile atau influenza,” kata Rosa Elena Sarmiento dari laboratorium virologi Fakultas Kedokteran Hewan UNAM.

Peneliti Fernanda Perez dan Omar Garcia mengambil darah dari seekor sapi untuk studi pencegahan zoonosis di sebuah peternakan di komunitas El Corral di Tzucacab, negara bagian Yucatan, Meksiko pada 29 Maret 2023. (Pedro PARDO / AFP)
Peneliti Fernanda Perez dan Omar Garcia mengambil darah dari seekor sapi untuk studi pencegahan zoonosis di sebuah peternakan di komunitas El Corral di Tzucacab, negara bagian Yucatan, Meksiko pada 29 Maret 2023. (Pedro PARDO / AFP)

Kelelawar bertindak sebagai reservoir bagi banyak virus yang menyerang manusia. Beberapa hewan lain telah lama dikenal, seperti virus rabies, tetapi banyak yang muncul dalam beberapa dekade terakhir, seperti Ebola, coronavirus SARS, Sars-CoV-2 (penyebab COVID-19) atau virus Nipah, yang muncul di Asia pada 1998.

Muncul ribuan tahun yang lalu, zoonosis telah berkembang biak dalam 20 atau 30 tahun terakhir. Perjalanan internasional memungkinkan virus menyebar lebih cepat. Selain itu, dengan menempati area yang semakin luas di planet ini, manusia berkontribusi mengganggu ekosistem dan mendorong penularan virus.[ka/lt]

Source