Korea Utara pada Senin (20/9) memperingatkan bahwa Amerika Serikat telah meningkatkan risiko terciptanya kompetisi pengembangan senjata nuklir yang berbahaya dengan menyediakan teknologi kapal selam kepada Australia. Negara tersebut juga mengkritik “standar ganda” Amerika dan bersumpah akan melakukan tindakan balasan.

Pekan lalu, Amerika Serikat menyepakati kemitraan keamanan trilateral baru yang melibatkan Inggris untuk memberikan bantuan teknologi ke Australia untuk membangun setidaknya delapan kapal selam bertenaga nuklir.

Korea Utara bergabung dengan China dalam mengecam keputusan AS sebagai “keputusan yang tidak bertanggung jawab” yang menghancurkan perdamaian dan stabilitas regional dan upaya non-proliferasi global.

Kapal Angkatan Laut Prancis bernama "Suffren", pertama dari kapal selam serang nuklir kelas Barracuda, meninggalkan bengkel konstruksinya di lokasi Naval Group di Cherbourg, Prancis, 5 Juli 2019. (Foto: REUTERS/Benoit Tessier)
Kapal Angkatan Laut Prancis bernama “Suffren”, pertama dari kapal selam serang nuklir kelas Barracuda, meninggalkan bengkel konstruksinya di lokasi Naval Group di Cherbourg, Prancis, 5 Juli 2019. (Foto: REUTERS/Benoit Tessier)

“Ini adalah tindakan yang sangat tidak diinginkan dan berbahaya yang akan mengganggu keseimbangan strategis di kawasan Asia-Pasifik dan memicu rantai perlombaan senjata nuklir,” kata Kementerian Luar negeri Korea Utara yang disiarkan oleh kantor berita resmi KCNA.

Korea Utara mengkritik “sikap kesepakatan ganda” Washington, dengan memilih pernyataan juru bicara Gedung Putih Jen Psaki bahwa mereka tidak mencari konflik dengan China, tetapi keputusannya adalah untuk menopang keamanan regional.

Komentar Psaki menandakan “bahwa negara mana pun dapat menyebarkan teknologi nuklir jika itu untuk kepentingannya, dan ini menunjukkan bahwa AS adalah pelaku utama yang menggulingkan sistem non-proliferasi nuklir internasional,” kata kementerian itu.

“Kami mengamati dengan cermat latar belakang keputusan AS dan tentu saja akan mengambil tindakan balasan yang sesuai jika itu memiliki sedikit dampak buruk pada keamanan negara kami,” paparnya.

Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un setuju untuk bekerja menuju denuklirisasi semenanjung Korea dan membangun hubungan baru pada pertemuan puncak dengan Presiden AS Donald Trump, tetapi negosiasi terhenti sejak 2019.

Pyongyang mengecam Washington karena mendukung pengembangan senjatanya sendiri dan sekutunya sambil mengutuk program-program Korea Utara sebagai ancaman terhadap perdamaian dan keamanan regional. [ah/rs]

Source