Orang-orang mengantre di luar klinik demam di berbagai rumah sakit China pada hari Senin (12/12), untuk memeriksa apakah mereka mengidap COVID-19. Ini merupakan pertanda baru penyebaran gejala yang sangat cepat setelah pihak berwenang mulai mencabut aturan ketat terkait penyakit tersebut.

Tiga tahun setelah pandemi, China melangkah perlahan untuk menyesuaikan diri dengan dunia yang sebagian besar telah mulai hidup bersama COVID. Negara itu membuat perubahan kebijakan besar pada Rabu pekan lalu setelah protes yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk menentang berbagai pembatasan yang ketat.

China telah membatalkan ketentuan tes sebelum melakukan banyak jenis aktivitas, membatasi karantina dan pada hari Senin bersiap mendeaktivasi aplikasi ponsel yang digunakan untuk melacak riwayat perjalanan 1,4 miliar warganya.

Tetapi dengan sedikitnya keterbukaan terhadap penyakit yang sebagian besar terkendali hingga sekarang, China belum siap untuk menghadapi gelombang infeksi yang dapat meningkatkan tekanan terhadap sistem kesehatannya yang rapuh dan menghentikan bisnis, kata para analis.

Seorang nakes mengenakan APD mengumpulkan sampel swab dari seorang pria di tempat pengujian asam nukleat, saat wabah virus COVID-19 terus berlanjut di Shanghai, China, 12 Desember 2022. (REUTERS/Aly Song)
Seorang nakes mengenakan APD mengumpulkan sampel swab dari seorang pria di tempat pengujian asam nukleat, saat wabah virus COVID-19 terus berlanjut di Shanghai, China, 12 Desember 2022. (REUTERS/Aly Song)

Seorang siswa berusia 18 tahun yang bermarga Tan mengatakan kepada Reuters bahwa ia sangat takut terinfeksi karena jumlah yang terinfeksi secara perlahan bertambah banyak di Beijing, sementara ia harus keluar dan menyelesaikan beberapa urusan. “Saya telah menunda pergi keluar selama tiga pekan karena COVID,” katanya saat ditemui di distrik kelas atas Chaoyang di Beijing.

Di tempat lain di distrik yang merupakan lokasi banyak kedutaan besar negara asing dan kantor pusat berbagai perusahaan, sekitar 80 orang berkerumun di tengah cuaca dingin di luar klinik demam sewaktu ambulans melintas.

Reuters menyaksikan antrean serupa di luar berbagai klinik di Wuhan, China Tengah, di mana COVID-19 pertama kali muncul tiga tahun silam.

Jumlah pasien yang menunggu untuk dirawat di klinik demam dan ruang rawat darurat semakin banyak, kata seorang dokter yang bekerja di klinik pernapasan di sebuah rumah sakit di Beijing yang dikutip surat kabar dukungan pemerintah, Global Times, pada hari Minggu.

Seorang pekerja medis memindahkan tempat tidur rumah sakit yang membawa seseorang, di luar klinik demam rumah sakit, setelah pemerintah melonggarkan pengendalian penyakit COVID-19 di Wuhan, provinsi Hubei, China, 10 Desember 2022. REUTERS/Martin Pollard
Seorang pekerja medis memindahkan tempat tidur rumah sakit yang membawa seseorang, di luar klinik demam rumah sakit, setelah pemerintah melonggarkan pengendalian penyakit COVID-19 di Wuhan, provinsi Hubei, China, 10 Desember 2022. REUTERS/Martin Pollard

Dalam beberapa pekan ini, data resmi menunjukkan kasus lokal cenderung turun sejak mencapai puncaknya, 40.052, pada akhir November.

Jumlah 8.626 yang tercatat pada hari Minggu itu merupakan penurunan dari jumlah 10.597 kasus baru sehari sebelumnya.
Tetapi angka-angka itu mencerminkan penurunan dalam persyaratan tes, kata para analis, sementara otoritas kesehatan China telah memperingatkan tentang kemungkinan lonjakan yang akan segera terjadi.

Dalam komentar hari Senin di surat kabar dukungan pemerintah, Shanghai Securities News, Zhang Wenhong, ketua tim pakar di pusat komersial itu mengatakan, wabah sekarang ini dapat memuncak dalam satu bulan, meskipun akhir pandemi mungkin memakan waktu tiga hingga enam bulan.

Tanda-tanda bahwa virus itu telah merebak ke berbagai komunitas terlihat di berbagai kota seperti Beijing dan Wuhan.

“Harap lindungi diri Anda sendiri,” desak manajemen sebuah kondominium di distrik Dongcheng, Beijing kepada para penghuni, hari Minggu (11/12), seraya menambahkan bahwa hampir semua stafnya telah terinfeksi COVID.

Orang-orang mengantri untuk membeli obat di apotek di tengah pandemi COVID-19 di Beijing, 12 Desember 2022. (Foto oleh AFP) / China OUT
Orang-orang mengantri untuk membeli obat di apotek di tengah pandemi COVID-19 di Beijing, 12 Desember 2022. (Foto oleh AFP) / China OUT

Menyebarnya ketakutan semacam itu telah mendorong sejumlah orang untuk menghindari tempat-tempat yang ramai atau bersantap di dalam restoran.

Itu sebabnya sedikit saja analis yang memperkirakan ada lonjakan yang cepat dan luas dalam pengeluaran di ekonomi terbesar kedua dunia itu, karena kegembiraan menyambut pelonggaran yang mendadak dihadapkan pada ketidakpastian yang dialami konsumen dan bisnis.

Namun, China mendorong upaya-upaya untuk membebaskan perjalanan di berbagai penjuru negara itu, meskipun perjalanan ke luar negeri mungkin perlu beberapa waktu lagi untuk dilonggarkan.
Sebuah aplikasi ponsel yang diwajibkan pemerintah untuk mengidentifikasi pengunjung ke daerah-daerah yang dilanda COVID akan ditutup pada Senin tengah malam, menurut pemberitahuan di akun resmi aplikasi itu di WeChat.

Jumlah penerbangan domestik di berbagai penjuru China melampaui 7.400, hampir dua kali lipat dari sepekan silam, menurut aplikasi pelacak penerbangan VariFlight. [uh/ab]

Source